Earthly Copy of Heavenly Tree of Fate

 

Salinan-Duniawi-Pohon-Takdir-Surgawi

“Salinan Duniawi Pohon Takdir Surgawi”

CONCEPT

Preseservation is an act of love. The act of preserving is an act of caring; and it may not be easily seen. Yet, what is not visible does not mean that it does not exist. Unlike his neighbors, Jalungun Silaban is not interested in converting his land into palm oil tree plantation. Pak Silaban is a rubber farmer who have been supporting his whole family by taking care his father’s inheritance, a house with a yard full of rubber and camphor trees. His house is located in Siordang Village, about 30 km away from Barus, which was the very first port city within the archipelago.

My artistic work is infatuated to preservation practices, both scientifically and naturally. Pak Silaban’s camphor trees are categorically endangered. This is ironic, since camphor has a world wide reputation of being a natural preservative since before century times. They say that there was a time when the camphor of Barus were even more expensive than gold. Natural-material-traders, from all over the world, who stopped by at Barus’ port, must be looking for camphor. On top of that, the Quran described heaven as a place where there will be a spring that contains water that taste like camphor (Surah Al-Insan). The fact that preservative material needs to be preserved makes it even more ironic. Preservation material cannot preserve themselves.

Pak Silaban preserves his love to his dad all throughout his daily life. Other than taking care of the rubber and camphor trees, he also cultivates the camphor tree as his dad once wished. Even though his dad is gone, his figure remains present in the dynamics of Pak Silaban’s family life. His yard is a living evidence of how nature and human can live with each other. What one may easily see are the trees and one wooden house. When one looks closer, one will realize that Pak Silaban had created a chance for harmony to happen for the living. For the nature in his yard. Every camphor tree seed that grows are the manifestation of Pak Silaban’s love to his dad, to the nature, and to life.

“I come here when I miss him,” Pak Silaban said. Dad’s dashing wooden house is a symbol of this act of preserving that Pak Silaban have been doing. Nature is home for millions of living beings and lives. Not only Pak Silaban is living up to his inheritance and maintaining his love of his dad and his family, he is also preserving the millions of living creatures surrounding him. The preservation of his dad’s house, and yard, is a monument for the kind of love that is alive.

=====

KONSEP

Pemeliharaan adalah salah satu aksi cinta. Laku pemeliharaan adalah bentuk kepedulian; dan ia bukanlah sesuatu yang serta merta tampak. Namun, apa yang tidak kelihatan itu bukan berarti ia tidak ada. Lain halnya dengan banyak tetangganya, Jalungun Silaban tak berminat membuat perkebunan kelapa sawit. Pak Silaban adalah seorang petani karet yang menghidupi seluruh keluarganya dengan memelihara rumah warisan ayahnya, yang pekarangannya dipenuhi dengan pohon karet dan kapur. Rumahnya berada di Desa Siordang, sekitar 30 km dari Barus yang konon adalah kota pelabuhan pertama di nusantara.

Kerja artistik saya gandrung pada praktik-praktik pemeliharaan, baik secara ilmiah maupun alamiah. Pohon kapur di pekarangan Pak Silaban ini adalah tanaman yang sudah nyaris punah. Ini ironis sebab kapur dari Barus adalah bahan pengawet alami yang tersohor di dunia ini semenjak sebelum masehi. Konon, harga kapur dari Barus ini pernah lebih mahal dari emas dengan berat yang sama. Para pedagang bahan alam dari seluruh dunia yang mampir ke Pelabuhan Barus pasti berusaha mencari kapur. Bahkan, dalam Al-Quran surat Al-Insan disebutkan bahwa di surga terdapat mata air yang mengandung kapur. Lebih ironis lagi, kita menghadapi kenyataan bahan pengawet juga butuh dipelihara. Ia tidak bisa mengawetkan dirinya sendiri.

Pak Silaban melestarikan cintanya pada sosok ayahnya dalam laku kehidupannya sehari-hari. Selain merawat para pohon karet dan kapur, ia juga membibit pohon kapur seturut pesan ayahnya. Walaupun ia sudah tidak ada, sosok sang ayah terus hadir dalam kesejahteraan kehidupan keluarga Pak Silaban sekarang. Pekarangan Pak Silaban adalah bukti nyata bahwa alam dan manusia bisa saling menghidupi dan bukan satu memanfaatkan yang lainnya. Walaupun yang segera kasat mata adalah rumah kayu serta pohon karet dan kapur, Pak Silaban telah menciptakan kesempatan untuk terjadinya harmoni dalam alam hidup di pekarangannya. Setiap bibit pohon kapur yang tumbuh di pekarangan Pak Silaban adalah perwujudan cintanya pada sang ayah, alam, dan kehidupan.

“Kalau rindu, aku ke sini,” ujarnya sederhana di depan rumah kayu peninggalan ayahnya. Gagahnya rumah itu adalah simbol perilaku pelestarian yang dilakukan Pak Silaban. Alam adalah rumah bagi jutaan makhluk dan kehidupan. Pak Silaban bukan hanya sedang menghidupi warisan ayahnya, merawat cintanya pada ayah dan keluarganya, tetapi juga melestarikan jutaan makhluk yang ada di sekitarnya. Lestarinya rumah dan pekarangan ayah Pak Silaban adalah sebuah monumen untuk cinta yang terus hidup.